Hampir setiap saat di media sosial kita bisa menjumpai foto pemandangan berlatar belakang milky way. Baik yang terlihat nyata, atau hanya terlihat seperti tempelan. Sah – sah saja namanya juga seni. Tapi buat saya rasanya bisa mendapatkan foto milky way dari kamera sendiri lebih puas dibandingkan sekedar menempelkan foto milky way entah dari mana. Sebenarnya memotret milky way itu sendiri juga tidak sulit kok. Dijamin setelah membaca artikel ini Anda bisa memotret milky way dengan kamera Anda sendiri.
Saat ini, hampir setiap fotografer lanskap sepertinya pernah memotret pemandangan berlatar belakang langit malam. Fotografi malam sudah menjadi bidang yang umum. Sudah berbeda dengan awal-awal saya belajar memotret milky way di tahun 2010 lalu.
Table of Contents
Apa itu Galaksi Bima Sakti
Galaksi Bima Sakti atau dikenal dengan milky way adalah galaksi dimana tata surya dan bumi terletak. Diperkirakan terdiri dari lebih 400 milyar bintang. Di Indonesia dikenal dengan sebutan Galaksi Bima Sakti merujuk dari salah satu tokoh pewayangan di Pandawa, Bima. Masyarakat Jawa kuno melihat susunan bintang yang begitu banyak menyerupai tokoh Bima sedang bertarung dengan ular naga.
Kapan Bisa Melihat Milky Way
Sebenarnya milky way ada setiap saat, cuma yang jadi permasalah adalah milky way hanya bisa terlihat di tempat, waktu dan kondisi yang sesuai.
- Kondisi Malam Hari
Siang haripun sebenarnya milky way ada, cuma karena cahaya matahari yang terang sehingga bintang dan milky way tidak terlihat - Di tempat yang gelap tidak banyak polusi cahaya
Lampu perkotaan mempengaruhi polusi udara dan cahaya, sehingga sulit untuk bisa melihat milky way di perkotaan. - Langit yang cerah, tidak tertutup awan
Awan dan mendung juga mempengaruhi apakah kita bisa melihat milky way tidak. - Arah Posisi Melihat
Milky way muncul dan terbenam di langit selatan. Untuk lebih pastinya kita bisa menggunakan aplikasi stellarium, photophills di handphone untuk memastikan lokasinya. - Waktu Yang Tepat
Bagian inti milky way tidak setiap saat bisa terlihat. Ada bulan – bulan tertentu bagian inti hanya terlihat di atas horizon ketika siang hari.
Apa yang Kita Foto dari Galaksi Bima Sakti
Bagian yang paling menarik dari milky way adalah bagian intinya, bagian yang paling terang dari galaksi Bima Sakti. Kita bisa melihat dengan mata telanjang bagian inti menyerupai kabut putih tipis memanjang dari selatan ke utara. Bagian inilah yang paling sering diburu sebagai obyek foto.
Peralatan Yang Dibutuhkan untuk Memotret Milky Way
Kamera
Kamera tergantung dengan kebutuhan kita. Hampir semua kamera sekarang sudah bisa memotret milky way. Tapi ada beberapa persyaratan untuk bisa mendapatkan hasil foto milky way yang cukup bagus.
Kamera Dasar
-
- Mempunyai Setingan Manual
Kamera yang mempunyai pengaturan manual untuk apperture, shutter speed dan ISO. - Bisa untuk shutter speed diatas 10 detik
Beberapa kamera poket mempunyai keterbatasan hanya bisa sampai 1 detik. Dengan kondisi minim cahaya dibutuhkan waktu yang cukup lambat supaya untuk mendapatkan exposure yang sesuai. - Mempunyai ISO diatas 1600
Karena kondisi yang gelap tanpa cahaya, ISO yang tinggi sangat membantu untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan exposure yang sesuai tanpa harus terlihat foto bintang seperti bergerak. - Bisa mengatur fokus secara manual
Manual fokus digunakan supaya bisa mengatur fokus secara lebih akurat. Karena kondisi yang minim cahaya, kamera dengan auto fokus akan kesulitan untuk mengunci titik fokus yang sesuai.
- Mempunyai Setingan Manual
Kamera Profesional
-
- Kemampuan noise yang rendah di ISO yang tinggi
Semakin bagus sensor kamera, semakin tidak terlalu sensitif terhadap noise ketika mengunakan ISO yang tinggi. Ini sangat membantu untuk mendapatkan foto yang lebih jernih dan mengurangi waktu untuk proses editing dengan noise reduction. - Full Frame
Salah satu keuntungan menggunakan sensor full frame dibanding APSC adalah kemampuan menangani noise sehingga lebih leluasa menggunakan ISO tinggi. Selain itu juga mempunyai kemampuan dinamic range yang lebih tinggi dan juga mengurangi panas pada sensor.
- Kemampuan noise yang rendah di ISO yang tinggi
Lensa
Untuk kamera poket, biasanya lensa sudah menjadi satu sehingga tidak bisa leluasa kita ganti. Tapi kamera DSLR dan mirrorless bisa kita ganti dengan lensa yang sesuai kebutuhan. Biasanya untuk pembelian kamera tingkat pemula sudah disertakan lensa kits 18-55mm dengan bukaan f/3.5. Sedangkan para profesional biasanya sudah mempunyai beberapa koleksi lensa yang bisa diganti menyesuaikan kebutuhan. Untuk fotografi, lensa merupakan bagian paling utama selain body kamera. Kalau memungkinkan saran saya untuk menginvestasikan pada lensa berkualitas sesuai dengan bidang fotografi yang Anda tekuni
Lensa Kits 18-55mm
Kelebihan:
Biasanya sudah ikut dalam satu paket pembelian kamera jadi tidak perlu harus mengeluarkan biaya lagi.
Kekurangan:
-
- Karena biasanya terpasang pada body kamera non full frame, lensa kits 18mm equivalent dengan lensa 27-28 mm. Dengan focal length yang lebih besar berarti semakin pendek waktu sebelum bintang terlihat bergerak.
- Dengan FL setara 28 mm menjadikan komposisi foto milky way yang terambil juga lebih terbatas. Biasanya cuma bisa mendapatkan bagian inti milky way.
- Apperture lensa kits biasanya F/3.5 sehingga terpaksa kita harus menaikan ISO untuk mendapatkan dengan exposure yang sesuai. Dan bisa berakibat noise yang timbul pada hasil foto
- Kesimpulannya, lensa kits 18-55mm bisa digunakan untuk memotret milky way, tapi kurang ideal.
Lensa Lensa Lebar (wide angle lens dan Ultra wide angle lens)
Lensa dengan focal length dibawah 24 mm (ful frame) biasa disebut lensa lebar (wide angle lens). Untuk memotret milky way biasanya fotografer menggunakan lensa dengan FL 14 maupun FL 16
Kelebihan:
-
- Dengan sudut pengambilan yang lebar kita bisa mendapatkan bentangan milky way lebih lebar, mulai dari horizon sampai ke bagian inti.
- Lensa lebar juga memungkinkan kita untuk lebih leluasa bermain dengan komposisi. Kita bisa memasukan foreground obyek menarik di alam dan milky way dalam satu frame.
- Depth of field (Jarak ketajaman) lensa lebar juga lebih besar, sehingga kita bisa lebih enak untuk mengatur fokus dari depan sampai belakang.
- Selain untuk memotret milky way lensa lebar juga sering menjadi lensa utama untuk penyuka fotografi lanskap, jadi investasi ke lensa lebar tidak cuma untuk foto malam hari.
Kekurangan:
-
- Kita perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli lensa lebar dengan lebih mahal dibandingkan lensa kits.
- Harus berhati hati ketika menentukan komposisi, karena terkadang kita ikut memasukan obyek pengganggu dan cahaya di sekitar lokasi.
Lensa Bukaan Lebar (Fast Lens)
Lensa dengan f/1.4 – f2.8 menjadi pilihan yang tepat untuk anda yang menyukai memotret malam
Kelebihan:
-
- Dengan bukaan lensa yang lebar (angka aperture/F kecil) cahaya yang masuk ke sensor kamera lebih banyak, jadi lebih sedikit waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan eksposure yang sesuai. Ini sangat berguna sekali untuk memotret di malam hari.
- Bisa menggunakan waktu pemotretan (shutter speed) yang menjadi lebih pendek untuk mengurangi terjadinya pergerakan cahaya bintang (star trail).
Kekurangan:
Sayangnya lensa bukaan lebar ini biasanya dibandrol dengan harga yang lebih tinggi dibanding lensa bukaan standar.
Lensa Manual Fokus
Untungnya untuk memotret malam, kita lebih banyak mengandalkan manual fokus. Sehingga lensa manual fokus pun sudah bisa kita gunakan untuk memotret milky way
Kelebihan:
-
- Harga yang lebih murah dibandingkan lensa sejenis yang mempunyai fasilitas auto fokus.
- Apabila kita mempunyai lensa manual lama, kita bisa gunakan dengan hanya menambahkan converter.
Kekurangan:
Tidak ada auto fokus jadi untuk penggunaan lain yang membutuhkan fokus cepat cukup sulit penggunaannya.
Lensa Fish Eye
Lensa untuk kebutuhan khusus, karena foto yang dihasilkan biasanya cenderung unik. Tapi lensa fish eye untuk memotret milky way bisa mendapakan bentangan yang luas, bahkan bisa untuk mendapatkan lengkungan separo dari tenggara hingga barat daya.
Kelebihan:
-
-
- Komposisi lebar untuk yang ingin mendapatkan lengkungan milky way.
- Bisa dipandu untuk menghasilkan foto panorama full 360
-
Kekurangan
-
- Biasanya lensa fish eye dengan bukaan f/3,5 jadi harus menggunakan ISO yang cukup tinggi dan bisa mengakibatkan noise yang berlebihan
- Hanya digunakan untuk keperluan khusus.
Jadi lensa mana yang direkomendasikan untuk memotret milky way ?
Karena kita membutuhkan lensa lebar, bukaan besar dan tidak perlu auto fokus ada beberapa pilihan yang bisa kita jadikan referensi.
- Lensa Samyang / Rokinon
Brand yang sama ini mempunyai banyak koleksi lensa manual yang cukup menarik untuk dilirik. Salah satu alasannya adalah budget yang lebih murah dan kualitas yang cukup bagus. Alasan lain sudah tersedia mounting untuk beberapa brand seperti Canon, Nikon, Sony maupun Fuji. Saya sendiri sekarang ini menggunakan beberapa lensa Samyang ketika hunting milky way. - Samyang 14mm f/2.8
Lensa ultra lebar 14mm (bila digunakan di kamera full frame), dengan bukaan lebar f/2.8 menjadikan lensa ini pilihan saya untuk memotret milky way. Walau hanya bisa digunakan dengan manual fokus, sudah cukup bagus. Untuk reviewnya bisa dilihat di review lensa samyang 14mm. - Samyang 24mm f/1.4
Lensa Samyang lainnya yang menjadi incaran para fotografer malam. Dengan bukaan f/1,4 lensa ini bisa digunakan untuk memotret milky way dengan waktu yang lebih singkat. Biasanya kalau menggunakan lensa samyang 24mm f/1.4 ini mengambil foto beberapa frame kemudian menggabungkan menjadi satu foto panorama milky way untuk mengatasi keterbatasan lebar sudut pengambilan gambar. - Samyang 35mm f/1.4
Lensa ini sebenarnya kurang ideal untuk mengambil foto milky way karena sudut yang lebih terbatas. Tapi untuk mengambil bagian inti milky way dan nebula, lensa ini sangat cocok sekali. Tapi harus diperhatikan karena focal length 35 jadi waktu pemotretan harus lebih singkat supaya bintang tidak terlihat bergerak. Untung dengan bukaan f/1.4 kita bisa menangkap cahaya ke dalam sensor kamera dengan lebih cepat. - Lensa Canon / Nikon / Sony / Fuji / Sigma / Tamron / Tokina
Lensa dari brand biasanya mempunyai kualitas yang sudah teruji dan material yang lebih kokoh. Tapi tidak terlalu banyak pilihan lensa dari brand yang masih menggunakan manual fokus. Dan biasanya harga yang dibandrol lebih tinggi dibanding lensa manual atau dari pihak ketiga. Tapi kalau untuk investasi dan juga beragam jenis fotografi, lensa dari brand brand tersebut layak untuk dikoleksi. - Lensa yang biasanya digunakan untuk memotret milky way dengan spesifikasi untuk
Full frame: Lensa dengan focal length berkisar dari 8, 10, 14mm. Tapi yang biasa dipakai adalah lensa 16-35mm. Bukaan lensa berkisar antara f/2.8 – f/4
APS-C, Mirrorless: Karena crop factor (tergantung jenis kamera) biasanya yang digunakan adalah lensa lebar 10-22mm. Bukaan lensa biasanya /3.5
Tripod
Untuk mendapatkan foto milky way kita biasanya menggunakan kecepatan rendah. Mulai dari 10 detik hingga 30 detik bahkan terkadang lebih lama. Beberapa persyaratan tripod untuk memotret galaksi bima sakti antara lain:
- Kuat
Biasanya untuk pemotretan milky way kita mengambil lokasi di alam, yang mengharuskan kita berhadapan dengan kondisi alam yang kurang menentu salah satunya terpaan angin. Sehingga kita membutukan tripod yang cukup tangguh dan tidak mudah goyah apabila terkena angin. Jangan sampai kamera dan tripod kita jatuh terkena angin yang tiba-tiba bertiup. - Berat
Apabila kita sering mengambil foto malam di lokasi yang mengharuskan kita berjalan kaki tidak ada fasilitas transportasi, maka berat menjadi persyaratan berikutnya. Tripod kokoh tapi terlalu berat akan membuat kita enggan untuk membawanya. Semakin ringan tripod akan semakin sering kita bawa keluar dan kita pakai. - Harga
Harga tripod bervariasi dari ratusan ribu hingga jutaan. Tripod untuk fotografer lanskap merupakan salah satu investasi yang berguna. Karena akan lebih sering kita pakai apabila kuat dan tidak terlalu berat. Jadi kalau memungkinkan lebih baik membeli tripod yang sedikit lebih mahal, tapi lebih awet dan sering kita pakai, daripada membeli tripod ala kadarnya yang mudah goyah atau patah. - Bahan
Tripod yang kuat dan termasuk ringan untuk dibawa biasanya berbahan carbon fiber. Tapi memang biasanya harganya lebih mahal dibanding dengan tripod berbahan alumunium.
Tips menggunakan tripod supaya lebih kokoh
- Kalau masih menggunakan tripod ala kadarnya, ada beberapa tips yang bisa digunakan untuk membuat tripod lebih kokoh. Beberapa tripod mempunyai cantolan penggantung di bagian tengah yang bisa kita gunakan untuk menggantungkan tas atau plastik yang diisi pemberat supaya lebih kokoh. Kalau tidak ada bisa juga menggantungkan tas langsung ke tripod.
- Selain itu tidak perlu menaikan bagian tiang tengah tripod sampai maksimal, karena bisa mengurangi keseimbangan.
Shutter Release / Intervalometer
Untuk menghidari getaran sekecil mungkin supaya hasil foto tajam, kita bisa menggunakan alat untuk menyalakan kamera tanpa harus menekan langsung tombolnya. Beberapa yang tersedia di pasaran biasanya menggunakan kabel, infra red ataupun dengan bluetooth. Tapi beberapa aplikasi dari smartphone pun sekarang sudah mempunyai fasilitas untuk menyalakan shutter.
Kalau ingin lebih serius, bisa menggunakan intervalometer. Fungsinya sama dengan kabel release, tapi intevalometer mempunyai fasilitas untuk pengaturan dengan waktu. Kita bisa mengatur jeda waktu antar foto, berapa banyak yang akan kita ambil dan jeda foto pertama diambil.
Kegunaan lain dari shutter release dan intervalometer adalah untuk pengambilan foto lebih dari 30 detik. Biasanya kamera terbatas hanya di 30 detik dan mode Bulb. Kalau dengan intervalometer kita tinggal mengatur berapa waktu yang digunakan dan tinggal menyalakan, beres.
Enaknya beberapa kamera digital terbaru sekarang sudah menyertakan fasilitas intervalometer ke dalam firmware mereka jadi bisa lebih mudah untuk digunakan.
Baterai
Pada saat hunting milky way kadang kita membutuhkan waktu berjam-jam sehingga kadang perlu baterai lebih dari satu. Bahkan kalau hunting pada bulan Juli – Agustus bisa mulai dari sore sampai pagi, untuk amannya saya membawa 4 baterai.
Rutinitas yang dilakukan sebelum berangkat hunting adalah mengecek baterai dan mengisi sampai penuh. Jangan lupa untuk mengecek kembali apakah baterai sudah terpasang di kamera dan baterai cadangan sudah masuk ke dalam tas sebelum berangkat. Ini juga termasuk untuk baterai headlamp, Led, handphone, tablet dan peralatan elektronik lainnya.
Enaknya sekarang sudah banyak pengisi baterai kamera yang menggunakan usb, sehingga bisa kita isi dalam keadaan darurat dengan menggunakan powerbank. Kalau memang berencana memotret dalam waktu lama dan tidak ada sumber listrik, bisa membawa solar panel.
Peralatan untuk Mencegah Lensa Berembun
Memotret malam di pegunungan atau pantai kadang beresiko bagian depan lensa menjadi berembun dan hasil foto kita menjadi tidak bisa dipakai. Saya sering mengalami ketika memotret di gunung, jadi tahu bagaimana rasanya lensa berembun ketika memotret puluhan frame tidak bisa terpakai.
Lens Hood
Tidak saja berguna untuk mengatasi masalah pantulan cahaya pada siang hari, atau melindungi bagian depan lensa ketika bertumburan dengan benda lain, lens hood juga berguna untuk memperlambat terjadinya proses pengembunan pada permukaan lensa.
Kipas Kecil
Udara yang mengalir juga membantu mengurangi terjadinya proses pengembunan di depan lensa. Tempatkan kipas kecil yang menggunakan external power atau usb sehingga bisa diisi ulang menggunakan power bank. Tapi tergantung juga dengan suhu di sekitar, kalau terlalu dingin juga tidak terlalu berpengaruh, tapi paling tidak bisa berfungsi untuk memperlambat terjadinya pengembunan di depan lensa.
Dew Heater
Suhu dingin membuat lensa cepat berembun, salah satu solusinya adalah menggunakan dew heater. Berbentuk menyerupai gulungan velcro yang berisi elemen penghangat. Cari yang menggunakan power external dengan kabel usb sehingga bisa digunakan dengan menggunakan powerbank.
Headlamp
Headlamp lebih efektif digunakan dibanding senter biasa karena tangan kita bisa lebih bebas beraktivitas. Cari headlamp yang mempunyai fasilitas lampu berwarna merah supaya tidak terlalu banyak mengganggu adaptasi mata kita terhadap malam. Headlamp juga bisa kita gunakan untuk menerangi bagian foreground untuk menambah cantik komposisi.
Flash / LED
Kalau ingin mengambil latar depan lebih luas, kita perlu menggunakan bantuan flash atau LED. Flash juga berguna apabila kita ingin mengambil foto potret berlatar belakang milky way dalam satu jepretan. Gunakan juga wireless remote supaya kita bisa lebih leluasa meletakan flash sesuai dengan kebutuhan dan mengatur pencahayaan dan bayangan, tidak hanya menempel di body kamera.
Peralatan Tambahan
Tergantung lokasi yang akan kita datangi, kalau lokasi di pegunungan mungkin kita perlu membawa baju hangat, tutup kepala dan sarung tangan. Jangan lupa menyiapkan makanan kecil dan juga minuman hangat untuk menemani malam panjang begadang berburu milky way.
Riset dan Perencanaan
“Give me six hours to chop down a tree and I will spend the first four sharpening the axe.” – Abraham Lincoln
Begitu juga dalam memotret milky way, perencanaan mengambil peran yang cukup penting. Kita harus merencanakan lokasi pengambilan foto, kapan waktu yang tepat, apa yang menarik di lokasi yang bisa kita jadikan foreground. Bagaimana cuacanya, apakah posisi milky way sesuai dengan apa yang ingin saya dapatkan, bagamana kondisi fase bulan saat itu dan banyak hal lain. Semakin kita matang merencanakan semakin mudah nanti ketika melakukan di lapangan. Jangan sampai begitu sampai lokasi, gelap dan kita kebingungan mau ngapain, atau malah begitu sampai lokasi ternyata kita tidak bisa melihat milky way.
Aplikasi Pendukung Perencanaan Memotret Milky Way
Beruntung saat ini sudah banyak aplikasi yang mempermudah kita melakukan riset dan perencanaan untuk pemotretan milky way.
Stellarium
Aplikasi pertama yang saya gunakan dari mulai awal belajar memotret milky way. Tersedia dalam bentuk website, software untuk komputer maupun aplikasi untuk smartphone. Kita bisa menentukan lokasi dimana nanti kita akan mengambil foto milky way. Setelah itu menentukan kapan waktu yang tepat untuk hunting milky way nya. Stellarium sudah dilengkapi dengan fasilitas simulasi milky way sehingga memudahkan kita menentukan waktu yang tepat untuk mendapatkan posisi milky way yang sesuai.
PhotoPills
Aplikasi yang bisa digunakan di android maupun iphone ini juga merupakan salah satu aplikasi yang sangat berguna untuk merencakan pemotretan milky way dengan lebih akurat. Karena begitu banyak yang bisa dilakukan oleh aplikasi photopill ini, saya juga masih belum sempat mengeksplorasi seluruhnya. Untungnya dokumentasi yang cukup detail di website bisa menjadi awal untuk mempelajari photopills. Bahkan mereka mempunyai ebook dengan 256 halaman untuk mempelajari aplikasi ini, mantap kan.
Salah satu yang sangat membantu adalah Planner, kita bisa dengan mudah menentukan waktu yang tepat untuk memotret bagian inti milky way berdasarkan lokasi dan tanggal yang kita tentukan. Photopills akan langsung menunjukan waktu terbit dan terbenam disertai azimuth dan elevation. Mungkin nanti saya akan menuliskan sendiri artikel tentang photopills karena lumayan banyak fasilitas yang membantu baik untuk pemotretan malam hari maupun untuk sunrise dan sunrise.
Photographer’s Ephemeris
Dulu saya menggunakan aplikasi ini baik melalui website maupun android (jaman versi ios masih belum ada) untuk membantu menentukan posisi untuk memotret matahari terbit dan terbenam. Update terbaru sudah bisa untuk ios dan menambahkan fasilitas untuk menentukan waktu terbit dan terbenam bagian inti milky way. Sayangnya semenjak januari 2021 kemarin untuk versi android belum terupdate dan harus sabar menunggu karena sedang dalam perbaikan.
Kita juga bisa mencari lokasi tempat yang sedikit polusi cahaya menggunakan aplikasi ini.
Google Maps
Salah satu alat bantu untuk menentukan lokasi koordinat pada peta, terutama kalau kita belum pernah berkunjung ke lokasi yang akan kita datangi. Ini berguna untuk nanti kita masukan ke dalam aplikasi stellarium. Kita bisa menentukan seberapa jauh lokasi dari tempat tinggal kita, transportasi menuju ke lokasi dan dimana nanti kira-kira tempat yang lapang untuk bisa menikmati dengan leluasa langit malam.
Simple Moon Phase
Aplikasi ringan yang berguna untuk mencari fase bulan sehingga mempermudah menentukan apakah tanggal yang kita cari sedang bulan purnama, bulan muda atau bulan tua.
Merencanakan Lokasi Pemotretan Milky Way
Untuk tinggal di sekitar kota akan sangat sulit untuk bisa memotret malam berbintang dengan galaksi bima saktinya. Polusi udara dan cahaya sangat berpengaruh sehingga terpaksa kita harus mengadakan perjalanan ke luar kota. Salah satu syarat untuk melihat langit cerah bertabur bintang adalah sedikit atau bahkan lebih baik kalau tanpa ada polusi cahaya. Ke daerah sekitar pegunungan, di pinggir desa, di tepi pantai atau daerah sepi lainnya sangat membantu untuk bisa melihat galaksi milky way ini.
Menentukan Waktu Yang Tepat
Waktu yang tepat untuk memotret milky way adalah pada saat langit gelap. Bagian inti milky way hanya bisa terlihat mulai dari akhir Februari hingga akhir Oktober.
Dari Februari sampai Mei kita bisa mengamati bagian inti milky way dari selepas tengah malam hingga menjelang matahari terbenam. Juni – Agustus waktu yang tepat karena dari selepas matahari terbenam hingga matahari terbit bagian inti terlihat. Sedangkan Dari September – Oktober pengamatan dari selepas matahari terbenam hingga menjelang tengah malam. Untuk waktu yang tepat kita bisa menggunakan aplikasi stellarium dan photopills
Fase Bulan
Cek juga fase bulan pada waktu yang akan kita tentukan. Paling ideal memang pada saat bulan mati sehingga langit benar benar gelap. Tapi beberapa hari sebelum atau sesudah bulan muda dan bulan mati juga masih optimal untuk mendapatkan langit yang gelap. Untuk mengecek fase bulan saya biasanya menggunakan aplikasi Simple Moon Phase. Tapi aplikasi lain seperti photopills juga sudah ada fasilitas Moon Calendar kok.
Perkiraan Cuaca
Kita bisa mengecek melalui website BMKG untuk mengetahui ramalan cuaca beberapa hari ke depan. Bisa juga dengan menggunakan beberapa aplikasi online seperti accuweather untuk mengecek apakah waktu kita ke sana nanti cuaca cerah atau malah hujan lebat.
Referensi Foto
Setelah kita menentukan kapan waktu yang tepat, lokasinya dimana, kita bisa mulai mencari referensi foto seperti apa yang ingin kita hasilkan. Kita bisa mencari referensi dari google dengan kata kunci “Lokasi” + “milky way”. Pilih beberapa foto yang kita suka, pelajari apa yang membuat foto tersebut menarik. Pelajari komposisinya, bagaimana cara pengambilannya, lensa apa yang perlu digunakan. Bandingkan dengan foto lain kalau ada yang dari lokasi yang sama. Tanyakan pada diri Anda sendiri apa yang bisa Anda lakukan untuk membuat foto yang lebih baik dari foto tadi.
Kontak Orang Lokal
Kalau memungkinkan coba cari kontak dengan fotografer lain yang pernah memotret di lokasi tersebut. Diskusikan apa yang menarik menurut mereka tentang tempat tersebut, kalau memungkinkan coba ajak hunting bersama. Siapa tahu bisa menambah luas pertemanan kita dengan rekan yang sehobi.
Setelah perencanaan saatnya kita bersiap menunggu waktu untuk berburu milky way
Why should I feel lonely? is not our planet in the Milky Way? Henry David Thoreau
Saatnya Berburu Milky Way
Sebelum Berangkat ke Lokasi
Pastikan semua peralatan sudah masuk ke dalam tas kamera. Cek ulang baterai, memory card, sudah terpasang di kamera. Susun supaya peralatan lebih mudah dicari ketika nanti di lokasi. Saya pernah beberapa kali karena terburu-buru begitu sampai lokasi baru sadar lupa tidak membawa memory card atau baterai belum terpasang.
Usahakan tiba di lokasi sebelum gelap
Apabila kita belum pernah ke lokasi, ada baiknya kita tiba di lokasi pada saat masih siang. Tujuannya supaya kita bisa mencari dan menentukan lokasi terbaik untuk meletakan tripod dan kamera. Selain itu dengan bantuan beberapa aplikasi seperti stellarium dan photopills kita bisa menentukan dimana dan seperti apa nanti posisi milky way muncul di lokasi. Dengan kondisi terang kita juga bisa menentukan obyek menarik yang nantinya akan menjadi foreground untuk foto kita. Kita bisa melihat sekeliling untuk menentukan beberapa posisi alternatif sehingga nanti kita bisa lebih mudah beradaptasi kalau ada sesuatu ketika memotret.
- Persiapan peralatan perang
Letakan kamera di atas tripod. Pastikan posisinya sudah kuat dan tidak mudah goyah karena angin. Letakkan pemberat untuk mengamankan tripod dari goyangan. - Nyalakan Kamera, Test Jepret
Terkadang saya lupa memasukan memory card atau bahkan baterai setelah di cash. Jadi dengant test jepret ini kita bisa mengecek apakah semua sudah berjalan lancar. Kalau memory card belum terpasang biasanya akan keluar notifikasinya. Kalau baterai belum terpasang berarti kamera tidak akan menyalakan kan hahahaha. - Gunakan format RAW
Format RAW menyimpan data lebih banyak dibandingkan JPG yang sudah dikompres oleh sensor kamera. Sehingga nanti untuk proses editing bisa lebih banyak data yang ditampilkan. Selain itu dengan format RAW kita masih bisa leluasa merubah white balance apalabila ternyata kurang sesuai. - Matikan Penstabil Lensa (Lens Stabilizer OFF)
Karena kamera di atas tripod, terkadang kalau lens stabilizer-nya menyala malah dianggap goyang jadi malah blur hasilnya. Jadi lebih aman kalau di atas tripod, lens stabilizer dalam posisi OFF. - Pengaturan Fokus
Cari titik terjauh yang bisa kita gunakan sebagai referensi. Kalau ingin mendapatkan foto bagian depan sampai bagian belakang langit berbintang terlihat tajam, kita bisa menggunakan teknik hiperfocal. - Cek LCD setelah memotret
Cek apakah komposisi sudah sesuai, cek juga apakah fokus sudah tepat, untuk setingan kamera nanti akan kita lakukan setelah gelap. - Menunggu malam tiba.
Setelah semua persiapan selesai kita bisa sedikit leluasa menunggu gelap datang.
Saatnya Bertempur
Atur setingan kamera ke Manual. Mulai dengan setingan dasar. Dari setingan ini nanti kita bisa atur lagi menyesuaikan dengan kondisi di lapangan.
- Bukaan lensa terbesar (tergantung lensa f/1.4-f/4)
- ISO 1600 – 6400
- Kecepatan 15 – 30 detik
- White balance 3000 – 4000
- Format RAW
Setelah itu cek hasilnya di lcd. Kalau perlu gunakan zoom supaya lebih terlihat detailnya.
- Apakah komposisi sudah sesuai?
- Apakah ada komponen pengganggu yang tampak pada layar?
- Apakah fokus sudah sesuai?
- Apakah bintang masih fokus atau sudah terlihat bergerak?
- Cek histogram apakah terlalu under / over exposure ?
Kalau masih ada yang kurang sesuai, silakan dikoreksi sehingga didapatkan hasil terbaik. Kalau terlalu gelap, bisa dicoba naikan ISOnya. Kalau bintang terlihat bergerak, waktunya dikurangi.
Setelah semua sesuai kita bisa berganti posisi untuk mencari komposisi lainnya, atau meneruskan beberapa frame supaya nanti bisa digunakan pada waktu proses editing. Saya biasanya mengambil beberapa puluh frame di satu lokasi yang sama sebelum kemudian berpindah untuk mencari komposisi lain yang menarik.
Bagaimana Cara Mengatur Fokus
Pada waktu awal saya belajar memotret milky way, cara mengatur fokus merupakan salah satu hal yang cukup sulit. Awalnya menggunakan auto fokus, yang ada malah lensa cuma ngak ngik nguk tanpa mendapatkan fokus. Ada juga yang bilang putar lensa sampai mentok, kemudian putar berlawan arah sedikit saja untuk mendapatkan jarak fokus unlimited. Atau gampangnya tinggal lihat pada marker unlimited yang ada di lensa. Tapi dari pengalaman yang terjadi lebih sering fokusnya kurang tepat hahaha..
Setalah cukup lama bergelut di dunia foto malam, ini beberapa langkah yang saya gunakan untuk mengatur fokus ketika berburu foto di malam hari.
- Mengatur Fokus pada waktu siang hari
Dengan cara ini kita bisa melihat kondisi lapangan dengan lebih jelas. Tinggal kita atur fokus secara manual ke arah terjauh dan atur supaya terlihat tajam. Gunakan live view dengan zoom supaya bisa mendapatkan titik fokus yang tepat. Kalau sudah tajam, kita bisa menggunakan gaffer tape untuk mengunci fokus supaya tidak bergerak. (bukan selotip biasa ya, supaya tidak meninggalkan bekas lengket lem).Tapi kalau terpaksa kita datang pada waktu sudah gelap, kita masih bisa menggunakan cara fokus yang lain - Fokus pada bintang terang
Cahaya bintang cukup terang untuk kita jadikan titik fokus. Caranya hampir sama dengan cara fokus pada siang hari. Kita gunakan live view dengan zoom untuk mendapatkan fokus yang paling tajam. Semakin cahaya bintang terlihat bulat kecil berarti semakin fokus, kalau semakin melebar berarti fokus berkurang.
- Menggunakan tehnik Hiperfocal
Tehnik ini sering digunakan ketika memotret pemandangan. Hiperfocal adalah jarak fokus yang memberikan ketajaman paling optimal dari depan hingga belakang. Jadi apabila kita ingin obyek di depan dan milky way di belakang terlihat tajam kedua-duanya, kita bisa mengatur fokus pada jarak hiperfocal. Bagaimana cara menentukan jarak hiperfocal ? Paling mudah tentunya dengan aplikasi kalkulor Hyperfocal yang bisa kita dapatkan di play store atau appstore.
Untuk aplikasi di photopill pada contoh di atas kita tinggal masukan apperture, dan focal length lensa, didapat jarak hyperfocal 2.32 meter. Setelah itu kita tinggal mengatur kira – kira dimana jarak 2,32 meter dengan menggunakan obyek pendukung atau meggunakan nyala lampu kalau malam hari. Kalau ragu-ragu lebih baik melebihkan jarak hiperfocalnya supaya bintang dan milky way dibelakang tetap terlihat tajam.
Komposisi
Sama seperti foto yang lain komposisi memainkan peran yang membedakan antara foto biasa dengan foto yang menawan. Untuk lebih detail mengenai komposisi bisa dipelajari di artikel ini.
Secara garis besar komposisi yang bisa diterapkan untuk foto milky way antara lain:
- Focal Point / Obyek utama yang menarik
- Aturan Sepertiga (Rule of Third)
- Komposisi Simetris
- Garis pembantu (leading line) untuk membawa mata pemirsa ke dalam frame
- Foreground yang menarik
- Bingkai subyek ke dalam frame
- Tambahkan skala ukuran
Aturan 500
Apabila kita menggunakan kecepatan rendah maka cahaya bintang terlihat bergerak. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain focal length lensa dan kecepatan (shutter speed). Semakin besar focal length, semakin sedikit waktu sebelum bintang terlihat bergerak. Untuk mempermudah di lapangan biasanya menggunakan aturan 500. Kecepatan = 500 / (focal length x crop factor). Jadi misalnya menggunakan lensa 18-55 di FL 18mm pada kamera canon 60D maka kecepatan sebelum bintang terlihat bergerak adalah 500 / (18 x 1.5) = 18 detik. Supaya lebih aman kita bikin menjadi 15 detik.
Untuk proses editing foto milky way akan dibahas di artikel berikutnya ya..
Apabila masih kurang jelas dan ada yang ingin ditanyakan silakan diisi di kolom komentar. Nanti akan diupdate di artikel pertanyaan dan jawabannya. O iya Landscape Indonesia pernah merilis buku Memotret Milky Way lho.. ada yang sudah mengkoleksinya belum ?
Pertanyaan
Apakah perlu menyalakan fasilitas Long Exposure Noise Reduction ?
Long Exposure Noise Reduction berguna untuk mengurangi noise yang timbul pada saat kita memotret dengan kecepatan sangat lambat. Kamera mengambil foto satu kali lagi dengan setingan yang sama tapi dengan memastikan tidak ada cahaya yang masuk. Kekurangannya dengan menyalakan fasilitas ini adalah kita butuh waktu dua kali dari yang seharusnya. Jika ingin mengambil foto sebanyak-banyaknya, atau memotret untuk kebutuhan star trail saran saya lebih baik dimatikan saja.
Bagaimana cara mengatur komposisi bila kita tiba sudah terlanjur gelap?
Kita bisa menggunakan nyala lampu untuk meletakan tripod dan kamera di tempat yang aman. Setelah itu tinggal mengatur kamera dengan menggunakan setingan ISO paling tinggi yang ada di kamera. Hal ini berguna untuk mendapatkan waktu yang singkat dibanding harus menunggu selama 30 detik dengan ISO lebih rendah. Setelah dirasa komposisi sudah sesuai, jangan lupa untuk mengatur setingan kamera ke setingan ISO yang lebih rendah dan kecepatan yang sesuai.
Kenapa bintang di foto saya terlihat bergerak ?
Silakan dibaca di bagian Aturan 500.
Kenapa tidak disarankan menggunakan JPG ketika memotret malam ?
JPG merupakan hasil file yang sudah melewati proses kompresi pada sensor kamera sehingga banyak detail yang berkurang. Dengan menggunakan RAW kita menyimpan data yang lebih banyak sehingga nanti akan lebih mudah mengolah ketika proses editing.
Tapi saya tidak bisa mengedit foto kak ?
Hmmm.. ndak bisa apa ndak mau ?